Rabu, 17 Maret 2010

Kampanye Sosialisasi Makanan Ringan Tradisional Pada Anak


Derasnya arus globalisasi dan konsep modernisasi turut memberikan pengaruh terhadap perkembangan dan penerimaan makanan tradisional di masyarakat. Salah satunya terhadap industri makanan yang ditandai dengan menjamurnya berbagai makanan mancanegara dan makanan baru hasil olahan teknologi pabrik. Data AC Nielsen menyebutkan dalam kurun delapan bulan terakhir (Februari 2007) kategori makanan ringan disesaki 700 merek baru yang sasarannya adalah anak-anak dan remaja, yang berarti meningkat lebih dari 100% dari tahun 2003, yaitu sebanyak 600 merek. Pola Perilaku anak dan remaja yang selalu berubah dan mengikuti tren membuat segmen ini sangat rentan terhadap bidikan pasar. Akibatnya, segmen ini juga sangat rentan meninggalkan makanan ringan tradisional.
Pada kegiatan Kemah Budaya Pangan Lokal yang diselenggarakan LSM Langkah Bocah, terlihat bahwa anak-anak lebih mengenal dan lebih sering mengkonsumsi makanan olahan pabrik. ''Nggak tahu namanya, tapi enak juga. Aku belum pernah makan kok," ujar Ahmad, salah seorang siswa kelas 4 SD peserta Kemah Budaya Pangan Lokal ketika ditawarkan sejumlah makanan ringan tradisional. Ditambahkan oleh Nindito Setyono dari LSM Langkah Bocah bahwa dalam beberapa kali kesempatan anak-anak ditawarkan makanan tradisional, banyak yang tidak mengenal. Namun, ketika diberikan bungkusan makanan olahan pabrik, anak-anak langsung mengenali makanan tersebut. Dapat disimpulkan, keberadaan makanan tradisional khususnya makanan ringan tradisional di kalangan anak-anak makin tersisih, salah satunya karena keberadaan makanan olahan pabrik.
Makanan ringan tradisional sebagai bagian dari makanan tradisional merupakan produk bercitarasa budaya tinggi yang merupakan perpaduan antara kreasi mengolah hasil sumber daya lokal dengan selera berbumbu adat istiadat dan telah diwariskan selama beberapa generasi. Sayangnya, makanan ringan tradisional seringkali tidak teramati keberadaannya, padahal makanan ringan tradisional merupakan salah satu aset budaya yang diwariskan secara turun temurun dengan segala kearifan yang dimilikinya. Makanan ringan tradisional memiliki rasa yang spesifik, baik dikarenakan bahan-bahannya maupun cara pengolahannya, yang mampu memberikan identitas dan karakter pada budaya bangsa.
Makanan ringan tradisional yang merupakan warisan nenek moyang telah mengalami penempaan jaman hingga terjamin keamanan dan ketahanan pangannya dalam menghidupi manusia sebagai penggunanya (Center of Traditional Food). Secara turun temurun, makanan ringan tradisional telah dibuktikan mampu mendukung produktivitas kerja, serta ketahanan tubuh yang prima (Kompas, Selasa 23 Maret 2004). Makanan ringan tradisional Indonesia hanya memiliki lemak sekitar 20-25%, menggunakan bahan segar dan bumbunya memiliki khasiat kesehatan, sementara makanan modern olahan pabrik lemaknya bisa mencapai 40% (Toeti Soenardi, Ahli Gizi dan Ketua Yayasan Gizi Kuliner Indonesia). Selain itu, banyak dari makanan ringan tradisional yang memiliki nilai fungsional yaitu sebuah nilai tambahan dimana makanan tidak hanya sebagai pelengkap gizi, melainkan juga memiliki efek positif terhadap kesehatan.
Oleh karena itu, patut disayangkan apabila budaya makanan ringan tradisional tersebut harus ditukar dengan budaya makan modern yang mengacu ke masyarakat barat. Pelestarian makanan ringan tradisional patut dilakukan, terutama pada generasi muda melalui peran generasi sebelumnya untuk menghindari resiko tergantinya makanan tradisional dengan makanan modern.

Tidak ada komentar:

Pingin Tahu Tentang Program PPAUD ? Segera Hubungi Kami !!!

Pingin Tahu Tentang Program PPAUD ? Segera Hubungi Kami !!!
Powered By Blogger